Ceritanya lagi bengong dipojokan sembari megang buku yang masih kinyis-kinyis nan rapi karena berbalut platik tipis yang bening. Pengen buka tapi masih belum begitu iklas, karena menurutku bukunya tetep akan lebih manis bila dibiarkan terkurung dalam sangkar plastik yang transparan itu. Lalu tiba-tiba malah berandai-andai, bagaimana ya bila aku menjadi seorang penulis buku? (Kadang kepo juga sih, tentang gimana caranya biar bisa menulis buku, sebuah buku loh ya, bukan blog!) ini bukanlah andai-andai pertama kali, tapi mungkin berkali-kali namun selalu aku abaikan karena takut kena karma.
Haaa karma, Karma APA?
(*lagi biar kesannya penasaran) KARMA apa?
(*sekali lagi biar seolah horor) KARMA APA????
1. Aku gak suka baca buku
Karena gak suka baca buku, otomatis enggan beli buku dong.
2. Baca buku itu = tidur
Aku gak suka baca buku karena bagiku baca buku itu sama dengan tidur, mungkin baca paragraf pertama cuma angop, paragraf kedua angop lagi, paragraf ketiga lagi-lagi angop, paragraf selanjutnya bisa aja buku udah nangkring diatas muka.
Kalau harus membuka buku yang masih dalam kemasan itu rasanya gimana gitu, karena suka gak tega lepas kemasan plastik buku apapun itu. Ya itu tadi, menurutku, buku-buku itu akan tetep lebih manis bila dibiarkan terkurung dalam sangkar plastik yang transparan itu gitu.
Aku sadar pikiran jorok-ku itu berseberangan dengan para teori tentang bagaimana caranya menjadi seorang penulis, itulah mengapa rasanya tak memungkinkan bilamana aku menulis sebuah buku. Karena konon untuk menjadi seorang penulis itu ya berarti harus suka banyak baca, untuk menambah wawasan, imajinasi atau apalah gitu. Kalau gak banyak baca itu wawasannya sempit, ya itu memang betul banget.
Terus selain pikiran jorok soal takut karma itu, aku juga punya pikiran lain yang tak kalah joroknya yakni tentang fiksi atau non fiksi. Kalau nulis buku itu ya meliputi dua hal itu gitu kan, terus kalau fiksi itu yang aku tau adalah kisah yang gak nyata gitu kan, kalau gak nyata berarti bohongan dong? lah aku kan orangnya jujur, gak bisa bohong!!! (*alasan, padahal karena wawasan sempit jadi gak bisa berimajinasi). Terus kalau non fiksi berarti fakta alias nyata, lah hidupku aja datar-datar aja, gak ada seru-serunya sama sekali, lalu fakta apa yang menarik untuk dibukukan? GAK ADA!
Entahlah...tapi tiba-tiba ingat, kan aku pengen baca buku, kok malah nulis diblog? sementara bukunya masih rapi dalam sangkarnya! Buat penulisnya, sori teman, aku belum tega membuka bukumu. Entaran deh... siapa tau abis beli bukumu dan baca bukumu nanti mak ada kadabra aku menjadi seorang penulis buku.
salam hormat,
dr pojokan
Haaa karma, Karma APA?
(*lagi biar kesannya penasaran) KARMA apa?
(*sekali lagi biar seolah horor) KARMA APA????
1. Aku gak suka baca buku
Karena gak suka baca buku, otomatis enggan beli buku dong.
Terus kalau aku bikin atau nulis buku apa ada yang mau beli? apa ada yang mau baca? inilah pikiran jorok yang pertama.
2. Baca buku itu = tidur
Aku gak suka baca buku karena bagiku baca buku itu sama dengan tidur, mungkin baca paragraf pertama cuma angop, paragraf kedua angop lagi, paragraf ketiga lagi-lagi angop, paragraf selanjutnya bisa aja buku udah nangkring diatas muka.
Terus kalau aku bikin buku, kalaupun ada yang beli tapi kalau buku-ku cuma dijadiin pengantar tidur gimana perasaanku? itulah pikiran jorok yang kedua.3. Suka gak tega lepas kemasan plastik buku
Kalau harus membuka buku yang masih dalam kemasan itu rasanya gimana gitu, karena suka gak tega lepas kemasan plastik buku apapun itu. Ya itu tadi, menurutku, buku-buku itu akan tetep lebih manis bila dibiarkan terkurung dalam sangkar plastik yang transparan itu gitu.
Terus kalau aku bikin buku lalu ada yang beli, terus habis beli gak dibaca tapi cuma dipajang dibalik lemari kaca dalam keadaan masih terbungkus rapi dalam plastik, bagaimana perasaanku? demikianlah pikiran jorok yang ketiga.4. Untuk pikiran jorok yang ke empat, ke lima dan yang lainnya biarlah menjadi rahasia. (*alasan, padahal gak punya pikiran jorok lainnya)
Aku sadar pikiran jorok-ku itu berseberangan dengan para teori tentang bagaimana caranya menjadi seorang penulis, itulah mengapa rasanya tak memungkinkan bilamana aku menulis sebuah buku. Karena konon untuk menjadi seorang penulis itu ya berarti harus suka banyak baca, untuk menambah wawasan, imajinasi atau apalah gitu. Kalau gak banyak baca itu wawasannya sempit, ya itu memang betul banget.
Terus selain pikiran jorok soal takut karma itu, aku juga punya pikiran lain yang tak kalah joroknya yakni tentang fiksi atau non fiksi. Kalau nulis buku itu ya meliputi dua hal itu gitu kan, terus kalau fiksi itu yang aku tau adalah kisah yang gak nyata gitu kan, kalau gak nyata berarti bohongan dong? lah aku kan orangnya jujur, gak bisa bohong!!! (*alasan, padahal karena wawasan sempit jadi gak bisa berimajinasi). Terus kalau non fiksi berarti fakta alias nyata, lah hidupku aja datar-datar aja, gak ada seru-serunya sama sekali, lalu fakta apa yang menarik untuk dibukukan? GAK ADA!
Entahlah...tapi tiba-tiba ingat, kan aku pengen baca buku, kok malah nulis diblog? sementara bukunya masih rapi dalam sangkarnya! Buat penulisnya, sori teman, aku belum tega membuka bukumu. Entaran deh... siapa tau abis beli bukumu dan baca bukumu nanti mak ada kadabra aku menjadi seorang penulis buku.
salam hormat,
dr pojokan
Silakan Berkomentar di Blognya Mbak Widha (BMW), Agar komentarnya rapi mohon komentar menggunakan NAMA anda, hindari pemakaian nama yang aneh-aneh biar gak masuk Spam!